Kamis, 08 September 2016

Masa Lalu Diriku

Masa Lalu Diriku

          Tak terpentingkan yang lainnya kecuali 2 malaikatku itu. Siapa mereka? Ya... Bunda Yandaku...
Bukan diri ini tak mau keluarkan sepeser rupiah untuk kawan dan yang lain. Tapi, ku tak mau bahagiakan yang lain dulu. Bagiku semua dapat mudah diambil kecuali segores senyum malaikatku. Kue dan kado adalah hal sepele yang ketika yang lain ingin memberikannya, ku kan ikut berikan namun, ketika malaikatku telah dulu merasannya dariku. Bahagiaku bisa di geser ketika bersama kawan. Namun, bahagia bunda yandaku kan ku sesali bila aku tak mamapu mengukirnya.
          Mengingat kisah kecil tentang diri ini yang masih kanak-kanak, terkadang membuat buaian air mata ini terjun. Hati tercabik berdemo akan sebuah keadilan. Penuh untaian tanya mengapa? mengapa aku di titipkan ke rumah nenek? apa aku tak di sayang? apa kenakalanku sungguh keterlaluan? mengapa begini? mengapa begitu?
         Bila diingat, fikir ini kian hari kian harus dewasa. Haruskah menuntut hal seperti itu? TIDAK.. !!
ketika umur sekian seperti ini, remaja harusnya bisa kembangkan pola fikirnya, berfikir untuk hatinya juga. Hidup tak cukup di lalui dengan gejolak amarah.. Kata "Mereka tak sayang aku"  tak pantas di ukir mendalam lagi. Ku sadar, bila masa-masa itu memang sangat menyakitkan ketika di ingat. Namun, tak pantas diri ini menuntutnya. Walaupun tak tahu apa alasan aku di seperti itukan. Ku harus menjernihkan fikirku tentang semua hal itu. Berfikir bahwa mereka sangat memperhatikanku. Semua yang ku pinta, keringat merekalah yang di bayarkan. Haruskah aku menuntutnya? Pantaskah ku lakukan itu ? TIDAK.. !! (sentak dalam diriku). Karena ku sadar tulang mereka semakin terbanting karenaku, karena keinginanku, karena ingin bahagiakan diriku.
        Apa yang bisa ku balaskan. Sedangkan semua yang kumiliki, merekalah yang loengkapi, karena ku tak pernah lengkapi kebutuhannku dengan jerih payahku.
                                                       Ooohh Bunda Yanda ku..!!!
Tiada anugerah terindah yang patut ku syukuri kecuali lahirnya diriku pada malaikat penyayang seperti kalian.

Bersambung....

Selasa, 06 September 2016



Hasil gambar untuk wanita

 WANITA


Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya,
“ Mengapa begitu lama menciptakan wanita, Tuhan? ”
Tuhan menjawab,
“ Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita?” Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan “.
Malaikat menjawab dan takjub,
“ Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!
Tuhan menjawab,
“ Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari“.
Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya,
“ Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”
Tuhan menjawab,
“ Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata. ”
“ Untuk apa? “, tanya malaikat.
Tuhan melanjutkan,
“ Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona laki-laki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki wanita. Dia dapat mengatasi beban lebih dari laki-laki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia mampu berdiri melawan ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia girang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi dia mampu mengatasinya. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka. ”
“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita,

Dia sering lupa betapa berharganya dia ..”

(sumber: Dagelan Santri Indonesia.facebook)

Minggu, 04 September 2016



TIRAKAT SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN

Syaikhona Kholil Bangkalan Madura adalah ikon ulama yang pernah dimiliki Nusantara, Jawa Timur khususnya. Beliau mempunyai banyak guru dalam perjalanannya menuntut ilmu. Salah satunya adalah Kiai Noerhasan bin Noerkhotim Sidogiri. Saat itu, Syaikhona Kholil Bangkalan tidak mondok (menetap) di Pesantren yang sudah memasuki miladnya yang ke-279 ini, tetapi Syaikhona Kholil mondok di PP Keboncandi Winongan ( timur Warungdowo, Pasuruan). Setiap hari beliau berjalan kaki menempuh jarak kira-kira 20 kolimeter ke Sidogiri untuk mengaji kepada Kiai alumnus Haramain tersebut yang notabene masih kerabat, sama-sama keturunan dari Sayid Sulaiman Sang Pendiri Pesantren.
Dalam perjalanan, tiap kali menjumpai pohon besar beliau berhenti dan membaca surah Yasin satu kali. Hingga ketika sampai di Sidogiri, beliau telah membaca surah Yasin 20 kali. Begitu pula dalam perjalanan pulang setelah menimba ilmu dari Kiai Noerhasan, beliau membaca Yasin 20 kali. Dan untuk melengkapi 41 kali, beliau membaca surah Yasin satu kali ketika sampai di Warungdowo.
Selain itu, sebelum masuk ke kompleks Pondok Pesantren Sidogiri, Syaikhona Kholil terlebih dahulu melepas terompahnya, lalu berjalan tanpa alas kaki menuju tempat pengajian Kiai Noerhasan. Hal ini beliau lakukan karena ta’zhim (hormat) dan tawaduknya yang luar biasa kepada Sang Guru.
Sumber buku; Jejak Langkah 9 Masyayikh Sidogiri 2. 

(sumber: ponpes sidogiri, pasuruan jawatimur)

Jumat, 02 September 2016



ADA SEBUAH CERITA......

SEORANG ANAK mengemudikan mobilnya bersama ayahnya.
Setelah bbrp puluh kilometer, TIBA² awan hitam dtg bersama angin kencang. Langit mjd gelap. Bbrp kendaraan mulai
menepi & berhenti.
“BAGAIMANA, Ayah? Kita berhenti?”, Si Anak bertanya.
“Teruslah.. !”, kata Ayah.
Anaknya TETAP menjalankan mobil. Langit makin gelap, angin bertiup kencang. Hujanpun turun.
Bbrp pohon bertumbangan, BAHKAN ada yg
diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan . Terlihat kendaraan² besar juga mulai menepi & berhenti.
“Ayah…?”
“TERUSLAH mengemudi!” kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Anaknya TETAP mengemudi dgn bersusah payah.
Hujan lebat menghalangi pandangan HANYA berjarak bbrp meter saja.
Si Anak mulai takut.
NAMUN... tetap mengemudi WALAUPUN sgt perlahan.
Setelah melewati bbrp kilo ke depan, dirasakan hujan mulai
mereda & angin mulai berkurang. SETELAH bbrp kilometer
lagi, SAMPAILAH mereka pd daerah yg kering & matahari bersinar.
“SILAKAN berhenti & keluarlah”, kata Ayah.
“KENAPA sekarang?”, tanya-nya .
“Agar kau BISA MELIHAT seandainya berhenti di tengah badai”.
Sang Anak berhenti & keluar. Dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Dia MEMBAYANGKAN orang² yg terjebak
di sana. Dia BARU mengerti bahwa JANGAN PERNAH BERHENTI di tengah badai KARENA akan terjebak dalam ketidakpastian.
JIKA kita sdg menghadapi “badai” kehidupan, TERUSLAH berjalan, JANGAN berhenti, & putus asa krn kita akan tenggelam dlm keadaan yg terus menakutkan.
LAKUKAN saja Apa yang dpt kita lakukan, & yakinkan diri bahwa BADAI PASTI BERLALU
KITA tidak kan pernah berhenti tetapi maju terus, Karena kita yakin bahwa di depan sana Kepastian dan Kesuksesan ada untuk kita...